Tuesday, November 27, 2012


Lumut di Sekujur Tubuhmu
Oleh: Mustofa W. Hasyim

Lumut di sekujur tubuhmu
Mewartakan nafas alam
Dan lautan meyembunyikan
Usia di balik senyum dan jernih mata

Lagu segar senantiasa mengurai
Dari semua pori-pori rindumu
Pada musim kemarau dan hujan sekaligus
Sunyi diseretnya. Menuju cakrawala untuk ditenggelamkan

Lantas muncullah keajaiban itu
Dari setiap serat lumumu
Tumbuh sayap-sayap kata
Senantiasa berbunga setiap diucapkan

Aku terpenjara batu karang
Tidak sempat meronta jiwa
Hanya berdoa untuk keabadian
Air matamu menggenang danau jiwa.

Coba Hempaskan Kenangan
Oleh: Mustofa W. Hasyim

Coba hempaskan kenangan
Lewat jendela hotel
Menaklukan percakapan
Sempat menjerat sukma

Di bawah ada pantai
Tanpa pasir membentang langkah
Taman dan kursi
Kosong dalam hangus siang

Siapakah sebenarnya tidak mau pergi
Menyongsong angin?
Siapakah sebenarnya tidak mau
Melanjutkan teka-teki?

Wajah diawetkan tetap rapuh
Disergap gelisah batas nama
Dan retakan janji pertama
Bukan bendera yang menyerah
Tapi sapu tangan luka.
Mengunyah Rasa Sakit, Kuludahkan Darahnya

Oleh: Eko Suryadi W.S.


Sepanjang kelokan jalan Tanjung Serdang
Kita melukis wajah dengan beton
Rumah yang dihadapkan pagar
 Kita durikan pada bola mata
Runcingnya menusuk lengan kita
Seperti ada yang terlepas
Darah membaui hutan pinus
Angin membaui jalan-jalan

Mengunyah rasa sakit ini
kuludahkan ke hutan-hutan terbakar
Pohon ulin dan meranti dirobohkan
sebelum pemantik api dijatuhkan
Ada yang dihilangkan sebelum pembakaran
Ada yang diterbitkan sebelum pembalakan

Sepanjang kelokan menuju kota
Hutan-hutan dikuliti
Luka pohon nyeri
Ketika kita melupakan waktu
Rumputan tak pernah melupakan zikirnya
Kenapa kita melukai semesta
Sementara kita menghirup air susunya

Kenapa kita menyumbat sungai kehidupan
Padahal di sana ruh dimandikan
Mengunyah rasa sakit ini
Kuludahkan darahnya
Nyerinya tak terasakan olehmu